Menantu Pahlawan Negara

Bab 197



Bab 197 Orang yang Sangat Keji

“Ardika? Bagaimana kamu bisa berada di sini?!”

Kemunculan Ardika secara tiba-tiba itu membuat Claudia terkejut.

Dia agak takut pada Ardika.

Dia masih mengingat dengan sangat jelas momen Ardika membereskan Kresna dan dua orang lainnya dengan kejam di Hotel Puritama

kemarin.

Begitu amarahnya meledak, suami idiot Luna ini akan berubah menjadi sangat menakutkan!

“Ah, menemukanmu memang nggak mudah. Tapi, bau busuk wanita jalang sepertimu sangat menusuk sampai-sampai bau selokan di area kota tua ini juga nggak bisa mengimbanginya.”

Ardika menatap wanita di hadapannya ini dengan dingin dan tidak segan melontarkan kata-kata kasar.

Sejak kembali ke Kota Banyuli, dia baru bertemu dengan dua wanita jalang, yang satunya adalah Jenny, sedangkan yang satu lagi adalah Claudia yang sedang berdiri di hadapannya ini.

Begitu mendengar ucapan Ardika, Claudia merasa malu sekaligus marah. Dia berkata dengan tajam, “Ardika, berani sekali kamu memarahiku! Semua orang tahu kamu adalah idiot! Mungkin Luna memang sudah buta!”

“Berani sekali kamu mengatai istriku! Benar-benar minta dihajar!”

Amarah Ivan juga langsung meledak, dia segera mengayunkan tinjunya ke arah Ardika.

Tanpa melirik pria itu sama sekali, Ardika langsung menendangnya sampai tubuhnya terpental ke dinding.

Tidak tahu berapa buah tulang rusuknya sudah patah.

Setelah terpental ke tembok, Ivan langsung terjatuh menghantam lantai.

Dia memegangi bagian tulangnya yang sudah patah. Saking kesakitannya, dia bahkan sudah tidak bertenaga untuk berteriak.

“Sayang!” seru Claudia setelah menyaksikan pemandangan itu.

Sementara itu, beberapa anggota komplotan ilegal itu menatap Ardika dengan tatapan heran, seolah-olah tidak menyangka kekuatan Ardika sebesar itu.

*Claudia, Luna memperlakukanmu dengan baik, ‘kan? Kenapa kamu mengkhianatinya? Selain itu, kenapa kamu memfitnahnya?!” tanya Ardika dengan nada interogasi dan dingin.

Secara naluriah, Claudia melangkah mundur dua langkah. Sambil memelototi Ardika, dia menggertakkan giginya, tetapi dia tidak menjawab pertanyaan pria itu.

Sebaliknya, dia mencibir dan berkata, “Kenapa? Kamu ingin menakut-nakutiku agar aku memberimu jawaban yang kamu inginkan? Oh, atau mungkin kamu sedang merekam suaraku? Sayang sekali, Ardika. Kamu harus menelan kekecewaan. Aku nggak sebodoh itu. Sekarang sudah zaman internet, semua orang mengandalkan dunia maya. Walau kamu dan istrimu menggabungkan kekuatan kalian. kalian tetap bukan tandinganku!”

Ardika mengangkat alisnya dan menatap wanita di hadapannya dengan tatapan sedikit terkejut.

‘Ternyata wanita ini nggak sebodoh yang aku bayangkan.’

Melihat Ardika tidak berbicara, Claudia kembali mencibirnya dan berkata, “Ah, apa kamu merasa agak tertekan sekarang? Ya, seharusnya kamu memang merasa seperti itu. Jumlah pengikut di akun media sosialku sudah bertambah dua juta pengikut. Nggak lama lagi aku sudah bisa menjadi seorang selebriti internet, lalu berjualan dan memperoleh penghasilan yang besar. Sedangkan istrimu? Perusahaannya sudah hampir bangkrut dan menjadi target makian jutaan orang!”

“Ardika, lihat saja, semua ini baru permulaan. Sepulang nanti, aku akan memulai siaran langsung pertamaku dan mengekspos berbagai hal tentang istrimu. Aku akan memanfaatkannya untuk menaikkan jumlah pengikutku, lalu memperoleh banyak uang dari sana. Sementara itu, kamu dan istrimu akan masuk penjara. Kamu akan melihat dengan mata kepalamu sendiri aku mengeksploitasi istrimu dan memperoleh keuntungan besar tanpa bisa melakukan apa pun!”

+15 BONUS

“Ini adalah kekuatan dunia maya. Memang kenapa kalau kamu pandai berkelahi? Kemampuan fisik adalah kemampuan yang paling nggak berguna pada zaman sekarang ini!”

Claudia menunjuk kepalanya sendiri dengan bangga.

Melihat ekspresi Claudia, sorot mata Ardika berubah menjadi makin dingin.

‘Ternyata ada orang dengan sekeji ini! Bahkan saat menghadapi medan perang yang sangat kejam pun aku nggak pernah bertemu orang

sekeji ini.’

“Ardika, cepat pergi dari sini. Bersiaplah untuk menemani istrimu masuk penjara. Sedangkan aku akan membuka lembaran hidup yang baru. Tolong sampaikan terima kasihku pada Luna. Aku sangat berterima kasih padanya karena sudah memberiku kesempatan ini. Haha….”

Selesai melontarkan sindiran kepada Ardika, Claudia tertawa terbahak-bahak seperti orang gila.This content is © NôvelDrama.Org.

Tiba-tiba, Ardika juga tertawa. Dia berkata, “Claudia, perputaran otakmu memang cukup cepat. Tapi, sayang sekali. Kamu masih terlalu bodoh. Kamu terlalu membanggakan dirimu sendiri.”

“Dasar sialan! Apa maksudmu?!”

Suara tawa Claudia langsung terhenti, dia memelototi Ardika dengan ekspresi merendahkan.

“Maksudku, saat menghadapi kekuatan absolut yang aku miliki, kecerdasanmu itu sama sekali bukan apa-apa, bahkan terkesan sangat konyol.”

Ardika berhenti tertawa, lalu berkata dengan acuh tak acuh, “Sudah saatnya memperlihatkan kekuatan absolut padanya.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.