Bab 220
Bab 220 Mobil Juga Dirampas
“Apa benar di dalam kartu bank ini ada dua miliar? Kamu nggak membohongi kami, kan?”
Begitu mendengar ada uang sebesar dua miliar di dalam kartu bank itu, mata Viktor langsung berbinar,
Dia langsung mengulurkan tangannya dan merampas kartu bank itu, lalu memasukkannya ke dalam sakunya. Setelah menyimpan kartu bank itu, dia langsung menanyakan kata sandi dengan terburu-buru.
Luna yang membuat kartu bank itu, jadi kata sandinya adalah ulang tahunnya.
Selain menyerahkan kartu bank itu, Desi juga memberi tahu Viktor kata sandinya.
Setelah menerima kartu bank dan mengetahui kata sandinya, orang-orang Keluarga Lasman baru berdiri dan menepuk-nepuk debu serta kulit-kulit kuaci di pakaian mereka dan bersiap untuk pergi.
Begitu melihat mereka sudah hendak pergi, Luna sekeluarga menghela napas lega.
Tepat pada saat ini, Susi berkata, “Eh, salah satu dari kalian antar kami pulang. Kompleks ini sangat luas. Kalau jalan kaki, harus berjalan sangat jauh.*
“Ardika, antar Viktor dan orang tuanya pulang. Ingat, jaga sopan santunmu!”
Desi takut keluarga ini mengetahui bahwa seluruh kompleks vila mewah ini adalah milik keluarganya dan akan datang mencari masalah lagi.
Viktor melirik Ardika dengan tatapan meremehkan, lalu menganggukkan kepalanya dengan bangga dan berkata, “Ya, benar. Pecundang ini
saja yang menjadi sopir kami!”
Dia sudah membenci Ardika dan berencana untuk mempermalukannya sepanjang jalan.
Ardika hanya meliriknya dengan dingin, lalu berbalik untuk membawa mobil.
Saat ini, Handoko buru-buru mengejar kakak iparnya dan mengambil kunci mobil dari Ardika, “Kak, aku saja yang antar mereka pulang.
Aku punya surat izin mengemudi.”
Dalam lubuk hatinya, kakak iparnya adalah seorang tokoh hebat yang serbabisa.
Viktor malah ingin menjadi kakak iparnya yang hebat ini sebagai sopir keluarga mereka, benar-benar tidak tahu diri.
“Biarkan Handoko saja yang mengantar mereka,” kata Luna. Dia takut Ardika berselisih dengan Keluarga Lasman lagi dan main tangan.
Desi juga tidak ingin terjadi sesuatu tidak terduga, jadi dia juga menyetujui saran putra putrinya.
Dia hanya ingin Keluarga Lasman segera pergi dari sini.
Sesaat kemudian, Handoko menyalakan mesin mobil dan mengantar Keluarga Lasman pulang.
Tidak lama kemudian, Handoko berlari pulang dengan kesal.
“Handoko, di mana mobilnya?” tanya Luna sambil mengerutkan keningnya.NôvelDrama.Org copyrighted © content.
Handoko berkata dengan kesal, “Setelah keluar dari kompleks vila, tiba-tiba Viktor bilang dia ingin mencoba mengendarai mobil, lalu memintaku untuk memberhentikan mobil dan membiarkannya yang mengendarai mobil. Tapi, siapa sangka si bajingan itu langsung meninggalkanku di sana dan mengendarai mobil keluarga kita pergi. Dia bilang dia mau berbisnis, jadi lebih praktis kalau punya mobil. Sekarang, mobil keluarga kita sudah menjadi miliknya!”
“Benar-benar keterlaluan! Bukankah sama saja dengan merampok?!”
Setelah mendengar ucapan adiknya, Luna juga sangat marah.
Mobil Audi A4 itu sudah dia gunakan sejak lulus kuliah hingga sekarang.
Selama duduk di bangku kuliah, dia bersusah payah menabung uang untuk membeli mobil itu. Mobil itu juga merupakan satu-satunya mobil keluarga mereka. Dia selalu menganggap mobil itu sebagai harta berharganya.
Sebelumnya, saat Peter memberinya sebuah mobil Maserati bernilai empat miliar, dia bahkan sama sekali tidak melirik mobil tersebut.
Dalam lubuk hatinya, mobil semahal apa pun tidak bisa dibandingkan dengan mobil murah hasil jerih payah menabung sendiri.
“Luna, kita bisa menabung uang untuk membeli mobil lagi. Kamu juga tahu bagaimana karakter keluarga itu. Mereka nggak merampas rumah kita saja, kita sudah harus bersyukur.”
Melihat mata putrinya memerah, Desi merasa sangat bersalah, tetapi dia juga tidak berdaya.
Tidak ingin mempersulit ibunya, Luna tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi.
Setelah mengucapkan satu kata “hmm”, dia langsung berbalik dan masuk ke dalam kamarnya.
Hingga malam harinya, suasana hatinya sangat buruk, bahkan dia sampai tidak makan malam dan mengurung dirinya sendiri di dalam
kamar.
Ardika menyadari kesedihan istrinya dan berencana untuk mendapatkan mobil Audi A4 itu kembali.
Viktor tidak lebih hanya seorang pecundang bodoh.
Menghadapi orang seperti itu, tidaklah sulit. Dia hanya perlu meminta si Gigi Emas atau Romi untuk mengirim beberapa orang ke sana dan menakut-nakutinya. Viktor pasti akan mengembalikan mobil itu dengan patuh.
Karena langit sudah gelap, Ardika berniat untuk membicarakannya besok.
Tepat pada saat ini, tiba-tiba Desi menerima panggilan telepon dari pengelola kompleks, mengatakan Darius dan istrinya datang lagi.
Desi meminta pihak pengelola untuk membiarkan sepasang suami istri itu masuk dan secara pribadi menyambut kedatangan mereka:
Mendengar keributan dari luar, Luna dan yang lainnya juga keluar.
Sesaat kemudian, Darius dan istrinya yang menumpangi mobil listrik kompleks sudah sampai di depan vila. Sesampai di depan vila, Susi angsung melompat turun dan berteriak kepada orang-orang di hadapannya, “Desi, kamu sudah mencelakai Viktor!”
300