Bab 223
Bab 223 Berlagak Hebat
Tokoh hebat dunia pemerintah dan raja dunia preman, hanya dengan mendengar sebutan kedua sebutan ini saja, bisa membuat orang
merasakan sensasi yang sangat berbeda.
Setelah mendengar Alvaro adalah keponakan Billy sang raja preman, perasaan gugup langsung menyelimuti hati Luna. Content © provided by NôvelDrama.Org.
Dia sudah menyesali keputusannya. Seharusnya dia tidak membiarkan Ardika pergi ke tempat perjudian Alvaro itu.
Orang seperti Alvaro bukanlah orang yang bisa mereka provokasi!
“Handoko, cepat telepon Ardika, suruh dia kembali sekarang juga! Jangan pergi ke tempat perjudian itu lagi!
Begitu menerima informasi dari sahabatnya, Luna segera meminta Handoko untuk menelepon Ardika.
Handoko dari tadi hanya berdiri di samping kakaknya, jadi dia sudah mendengar pembicaraan antara Luna dengan Tina dengan sangat
jelas.
Walaupun dalam beberapa hari ini dia sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri kemampuan Ardika dan dalam lubuk hatinya kakak iparnya itu adalah seorang tokoh hebat yang serbabisa, tetapi begitu melihat ekspresi cemas kakaknya, dia juga ikut merasa cemas.
Dia segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Ardika.
Sesaat kemudian, dia meletakkan ponselnya dengan tidak berdaya dan berkata, “Kak Ardika nggak bisa dihubungi.”
*Coba telepon dia lagi!”
Luna menoleh, lalu berkata pada ponselnya dengan nada cemas, “Tina, apa kamu bisa menghubungi Alvaro? Kita berikan empat miliar padanya dan memintanya untuk melepaskan Viktor. Kalau Ardika sudah berada di sana, tolong minta dia jangan mempersulit Ardika.”
Dia tidak memedulikan hidup dan mati Viktor, dia takut karena hal ini Ardika malah terlibat dalam perselisihan dengan Alvaro dan tidak bisa kembali lagi.
Dia sangat memahami karakter Ardika. Kalau tidak bisa dibicarakan secara baik–baik, dia pasti akan main tangan.
“Luna, Ardika sendiri yang berlagak hebat, untuk apa kamu memedulikan hidup dan matinya? Biarkan saja Alvaro memberinya pelajaran, agar dia tahu diri dan kelak nggak berani berlagak hebat lagi,” kata Tina dengan acuh tak acuh.
Dia tidak memiliki kesan baik terhadap Ardika.
Selain suka berlagak hebat, pria itu juga gegabah dan mudah emosi.
Kali ini, Grup Agung Makmur bisa mengalami krisis karena pria itu menghajar Kresna dan dua petinggi bank lainnya. Walaupun pria itu menghajar Kresna dan yang lainnya demi Luna, jauh lebih pemberani dibandingkan pria–pria pecundang lainnya dan membuatnya agak terkesan, tetapi Ardika hanya bisa mengandalkan kekerasan dan tidak memiliki solusi untuk menyelesaikan masalah. Kalau bukan karena presdir Grup Sentosa Jaya turun tangan membantu sahabatnya, mungkin Luna sekeluarga akan berakhir menyedihkan.
Saat ini, Luna benar-benar sangat panik, dia berkata dengan serius, “Tina, katakan saja kamu bisa menghubungi Alvaro atau nggak! Walau Ardika memang kadang suka berlagak hebat, setiap kali dia turun tangan juga demi aku! Aku nggak ingin melihatnya terluka karena aku!” “Kalau hanya baik saja tanpa ada kemampuan, nggak ada gunanya. Apa gunanya dia baik saja padamu? Kamu sangat cantik dan baik hati, mau menikah dengan pria mana pun, mereka pasti akan memperlakukanmu dengan baik tanpa syarat.”
Tina mendengus.
Mendengar Luna berbicara seperti itu, dia makin memandang rendah Ardika.
Namun, dia tetap menyetujui permintaan sahabatnya. “Oke, aku akan menghubungi Alvaro sekarang juga. Jangan khawatir, kita nggak perlu mengeluarkan uang sebesar empat miliar. Dengan mempertimbangkan aku, dia nggak akan berani meminta uang dari kita.”
Sama seperti Billy, Alden, ayah angkatnya juga merupakan raja preman, bahkan lebih berkuasa dibandingkan Billy.
Hanya dengan alasan ini saja, Alvaro pasti akan mempertimbangkan dirinya.
+15 BONUS
Lagi pula, sebenamya masalah ini juga bukan masalah besar.
Setelah mendengar ucapan sahabatnya, Luna baru merasa agak lega. Kemudian, dia menoleh ke arah Handoko dan bertanya, “Apa Ardika sudah bisa dihubungi?”
“Belum bisa.”
Handoko kembali meletakkan ponselnya dengan tidak berdaya dan berkata, “Kak, kamu juga nggak perlu terlalu khawatir. Kak Ardika punya beberapa anak buah yang sangat hebat. Kelab Gloris saja bisa mereka hancurkan. Kak Ardika pasti akan baik–baik saja!”
Dia tetap yakin kakak iparnya akan baik–baik saja.
“Ardika membual lagi padamu?”
Luna memelototi adiknya dan berkata, “Jangan memercayai ucapannya. Orang–orang itu adalah anak buah Romi, bukan anak buahnya.”
Awalnya, Luna tidak percaya Ardika yang sudah menghancurkan Kelab Gloris. Akhirnya dia baru mengetahui hal itu adalah fakta.
Luna juga menyadari belakangan ini Handoko selalu memasang ekspresi tidak takut pada apa pun, seolah–olah apa pun yang terjadi, Ardika bisa membantunya menghadapinya.
Karena itulah, dia menjelaskan secara singkat hubungan Romi dengan keluarga mereka kepada adiknya.
“Kalau begitu, bukan Kak Ardika sendiri yang hebat, tapi karena anak buah Romi bekerja di lokasi konstruksi kita?”
Handoko tercengang.
Pantas saja setiap kali dia mengatakan kakak iparnya hebat, kakaknya selalu tidak percaya.
Namun, setelah dipikir–pikir dengan saksama, Handoko merasa ucapan kakaknya masuk akal juga.
Walaupun dia sudah beberapa kali menyaksikan kehebatan kakak iparnya, tetapi dia belum memahami mengapa kakak iparnya bisa
sehebat itu.
Bahkan, saat berada di Hotel Puritama, teman–temannya mengatakan kakak iparnya adalah tokoh hebat pasukan khusus.
Namun, dia tidak pernah melihat ada prajurit di sisi kakak iparnya.