Menantu Pahlawan Negara

Bab 474



Bab 474 Masalah Besar

“Ayo, keberhasilan kita dalam menyingkirkan seorang pesaing dengan mudah patut

dirayakan!”

Edrik secara pribadi menuangkan segelas anggur kepada anak buahnya yang

berada di hadapannya.

“Terima kasih, Kak Edrik.”

Sopir itu menerima gelas berisi anggur yang disodorkan oleh Edrik itu dan

menyesapnya, lalu berkata sambil terkekeh, “Sebenarnya, Kak Edrik nggak perlu

kecewa. Walau Tina sudah mati, Luna, sahabatnya juga merupakan wanita cantik

yang unggul.”

“Aku dengar sejak menikah dengan idiot itu, wanita cantik ini nggak pernah tidur

dengan suaminya.”

Begitu mendengar ucapan bawahannya, kilatan mesum melintas di mata Edrik.

Walaupun dia belum pernah bertemu dengan Luna, tetapi dia pernah melihat foto

wanita itu.

Memang benar, wanita itu adalah wanita yang sangat cantik. Dia dan Tina memiliki

kecantikan masing–masing dan tidak ada salah satu di antara mereka yang lebih

unggul dari yang lainnya.

Melihat hati Edrik sudah tergerak, sopir yang sudah tidak sabar ingin menjilat

atasannya itu pun berkata sambil tertawa, “Kak Edrik, sebenarnya kalau kamu ingin

menikmati tubuh indah seorang wanita cantik, ini adalah kesempatan yang bagus.”

“Selama kita mengancamnya dengan nyawa suami idiotnya, aku yakin wanita itu

pasti akan naik ke ranjang Kak Edrik dengan patuh!”

“Nggak perlu.”

Edrik malah melambaikan tangannya.

Dia berkata dengan tatapan tajam, “Ardika adalah orang yang terlibat dalam pembunuhan ayahku. Kalau aku melepaskannya demi meniduri istrinya, bagaimana

pandangan anggota lama Aliansi Lautan Berlian terhadapku?”

“Setelah aku membunuhnya dan membalaskan dendam ayahku, aku baru cari cara

untuk menaklukkan wanita itu.”

Bagi Edrik, dengan menyingkirkan Tina, pesaingnya dan menguasai Aliansi Lautan

Berlian, maka dia adalah raja preman baru di Kota Banyuli.

Saat itu tiba, menghadapi seorang Luna adalah hal yang sangat mudah baginya.

“Kak Edrik memang cerdas! Setelah kamu menyingkirkan Ardika dan membuat

semua anggota Aliansi Lautan Berlian tunduk padamu, nggak akan seorang pun

yang bisa menghalangi Kak Edrik lagi!”

Sopir Edrik tidak melewatkan kesempatan untuk menyanjung atasannya.

Namun, Edrik malah menggelengkan kepalanya dan berkata, “Nggak, masih ada

satu anggota dalam Aliansi Lautan Berlian yang membuatku sakit kepala.”

Orang yang dimaksud oleh Edrik tidak lain adalah Titus. This belongs © NôvelDra/ma.Org.

Sebagai ahli nomor satu Aliansi Lautan Berlian, keberadaannya terhadap kekuatan

dunia preman lainnya sudah seperti sebuah senjata yang luar biasa hebat di Aliansi

Lautan Berlian.

Terutama setelah dia membunuh Vincent dan membuat Billy melarikan diri saking

ketakutannya, keberadaannya makin menakutkan.

Bagi Aliansi Lautan Berlian, Titus adalah sebuah senjata yang sangat luar biasa.

Namun sayangnya, Edrik tidak bisa mengendalikan senjata luar biasa ini.

Sebelumnya, Edrik sudah mencoba untuk menarik Titus ke pihaknya.

Dia mengira Titus akan mempertimbangkan Samuel, ayahnya dan

memperlakukannya seperti seorang keponakan, serta mendukungnya dengan sepenuh hati.

Namun, sikap Titus terhadap dirinya sama saja dengan sikapnya terhadap anggota Aliansi Lautan Berlian, yaitu menganggap remeh.

Hal ini membuat Edrik merasa tidak berdaya sekaligus sangat tidak tenang.

Kali ini, dia memainkan permainan meminjam tangan orang lain untuk membunuh

seseorang. Dia memanfaatkan Titus untuk menyingkirkan Tina.

Namun, kelak mungkin saja Titus akan menjadi orang yang membunuhnya!

Keberadaan Titus sudah menjadi masalah besar bagi Edrik.

Namun, dia bahkan tidak berani memikirkan untuk menyingkirkan Titus.

Bukan karena tidak punya nyali untuk melakukannya, tetapi dia tidak punya kekuatan itu untuk melakukannya.

Tepat pada saat ini, Edrik menerima sebuah panggilan tak terduga.

“Kak Edrik, selamat kamu sudah menyingkirkan Tina, pesaingmu!”

“Selanjutnya, Kak Edrik akan menjadi raja preman termuda dalam sejarah Kota Banyuli, bahkan dalam sejarah Provinsi Denpapan. Selamat! Selamat….”

Mendengar suara di ujung telepon, Edrik langsung mengerutkan keningnya.

Dia mendengus dingin dan berkata, “Katakan saja apa yang ingin kamu katakan!”

“Sekarang Tina sudah mati. Sekarang, di dalam Aliansi Lautan Berlian, mungkin hanya tersisa Titus yang merupakan masalah besar bagi Kak Edrik, bukan?”

Rohan berkata dengan santai, “Selama Kak Edrik bersedia bekerja sama dengan kami dan menyingkirkan Titus sama–sama, aku bisa mengunjungi ruangan Kak Edrik untuk berdiskusi.” (2)


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.