Menantu Pahlawan Negara

Bab 429



Bab 429 Pantas Dibunuh

“Tuan Titus, apa yang Tuan lakukan….”

Ekspresi semua anggota Grup Lautan Berlian langsung berubah menjadi pucat pasi.

Tidak ada seorang pun yang menyangka, begitu Titus sampai di sini, dia langsung membuka peti mati

Alden yang sudah tertutup dengan baik!

“Aku ingin lihat sebenarnya bagaimana Kak Alden kehilangan nyawanya!”

Titus mengamati sekeliling dengan sorot mata sedingin es, seolah–olah semua orang di tempat itu adalah orang yang dicurigainya.

Satu per satu dari mereka menundukkan kepala mereka.

Mereka sudah menyadari tujuan Titus membuka peti mati Alden, yaitu ingin mengotopsi mayatnya!

Tanpa memedulikan semua orang. Titus membungkukkan badannya dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh mayat Alden yang ditempatkan di dalam peti mati.

Sesaat kemudian, dia berdiri dengan tegak dan menunjukkan ekspresi datar.

“Tutup peti matinya.”

Beberapa orang ahli Aliansi Lautan Berlian yang bertugas menjaga mayat Alden segera mengangkat tutup peti mati dan menutupnya kembali dengan baik.

Tutup peti mati yang bahkan masih terasa berat bagi empat orang mengangkatnya secara bersamaan, sebelumnya Titus malah bisa membukanya dengan mudah!

Kemudian, Titus berbalik. Dengan sebilah pedang yang masih dalam genggamannya, dia bertanya dengan datar, “Siapa yang sudah membunuh Kak Alden?”

Edrik buru–buru berkata, “Paman Titus, Ardika, menantu benalu Keluarga Basagita pelakunya. Kemarin dia baru mulai bekerja di Grup Lautan Berlian, ayahku langsung mempromosikannya sebagai manajer departemen keamanan. Karena mendapat instruksi dari Rohan, anak buah Billy, dia NôvelDrama.Org copyrighted © content.

“Orang yang melupakan budi baik orang lain, pantas dibunuh!”

Aura membunuh yang kuat sudah terpancar dari tubuh Titus.

Saat pedangnya bersentuhan dengan lantal, tiba–tiba muncul sebuah retakan.

Berawal dari satu retakan bulat, menyebar menjadi retakan yang berbentuk seperti jaring laba–laba.

Sungguh mengejutkan!

Dalam sekejap, banyak orang di dalam aula itu yang gemetaran dan berkeringat dingin.

“Di mana dia?” tanya Titus.

Edrik berkata, “Di pusat penahanan Kota Banyull.”

“Oke, aku akan pergi membunuhnya.”

Selesai berbicara, Titus langsung meninggalkan semua orang dan pergi begitu saja.

Begitu Titus pergi, semua orang di dalam aula baru bisa menghela napas lega.

“Beberapa tahun nggak bertemu, sepertinya aura menakutkan Titus makin kuat saja. Dulu, dia nggak begitu menakutkan seperti ini.”

Salah seorang dari para anggota lama Aliansi Lautan Berlian mengutarakan perasaannya, semua orang juga merasakan hal yang sama.

Saat ini, Bromo berkata dengan nada tajam, “Sudah ada Titus yang membereskan Ardika, sisanya keluarga istri Ardika, kita yang mengirim orang untuk membereskan mereka!”

“Ya, benar!”

Semua orang menganggukkan kepala mereka dengan aura membunuh yang kuat.

Begitu mendengar kalimat itu. Tina yang dari tadi hanya berlutut di depan aula duka sambil

memejamkan matanya merasakan hatinya seperti tersayat–sayat oleh pisau.

Di Vila Cakrawala.

Luna sekeluarga, Amanda sekeluarga, serta Xavier, mereka semua berada di dalam vila.

Desi yang sedang duduk di sofa berkata dengan cemas, “Ardika sudah membunuh Pak Alden. Apal mungkin anggota Grup Lautan Berlian akan membalas dendam pada keluarga kita?”

“Kak, jangan terlalu khawatir, siapa yang berbuat siapa yang harus bertanggung jawab. Wajar saja kalau Grup Lautan Berlian membalas dendam pada Ardika. Tapi, nggak masuk akal kalau mereka membalas dendam pada keluarga Kakak. Seharusnya mereka nggak akan bertindak sembarangan.”

Amanda melontarkan beberapa patah kata untuk menghibur kakaknya.

Di sisi lain, Luna yang duduk di kejauhan tampak melamun tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Tepat pada saat ini, dia menerima sebuah pesan dari Tina.

“Luna, Aliansi Lautan Berlian sudah mengirim orang untuk membalas dendam pada keluargamu. Cepat

pergi! Pergi sejauh yang kalian bisa!”

Begitu membaca pesan itu, ekspresi Luna langsung berubah menjadi pucat pasi.

Tina bisa mengirimkan pesan seperti ini padanya, maka itu artinya cara pembalasan dendam Grup

Lautan Berlian pasti sangat kejam!

“Luna, ada apa? Apa yang terjadi?” tanya Jacky dengan cemas setelah melihat perubahan drastis pada ekspresi putrinya.

“Grup Lautan Berlian sudah mengutus orang ke sini untuk membalas dendam pada keluarga kita,” kata Luna dengan suara bergetar.

“Apa?!”

Ekspresi semua orang langsung berubah drastis.

Begitu mendengar ucapan Luna, Xavier langsung mengeluarkan ponselnya dan berjalan ke samping.

“Semua ini salah Ardika! Bajingan itu nggak hanya mencelakai dirinya sendiri, dia juga mencelakai keluarga kita!”

Saking ketakutannya, Desi langsung menangis dengan keras.

Amanda juga panik setengah mati. “Bagaimana kalau kalian ikut kami pulang ke ibu kota provinsi? Mereka nggak mungkin mengejar kalian sampai ibu kota provinsi, ‘kan?”

“Amanda, saat melakukan kecelakaan kerja medis saja, aku sudah membuat Keluarga Liwanto malu karena aku. Bagaimana mungkin aku bisa melibatkan keluarga kita dalam masalah ini? Hiks

Desi sudah tampak putus asa.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.